You are currently viewing Meliput di Tengah Genosida: Risiko Mematikan bagi Jurnalis Palestina

Meliput di Tengah Genosida: Risiko Mematikan bagi Jurnalis Palestina

Sejak dimulainya konflik antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023, banyak jurnalis Palestina yang telah gugur dalam tugas mereka untuk melaporkan kondisi di lapangan. Sebagian besar dari mereka tewas akibat serangan udara, tembakan sniper, atau serangan langsung terhadap media dan fasilitas mereka. Total jurnalis yang telah syahid hingga Mei 2025 berjumlah lebih dari 214 orang, sebagian besar berasal dari Palestina. 

Serangan terhadap jurnalis ini menggugah kecaman internasional, dan organisasi seperti Serikat Jurnalis Palestina (PJS) serta Committee to Protect Journalists (CPJ) terus menuntut akuntabilitas dari pihak yang bertanggung jawab.

Dalam situasi yang terus berkembang ini, banyak jurnalis di Gaza yang terpaksa bekerja dalam kondisi berbahaya, dengan risiko besar terhadap kehidupan mereka. Mereka telah menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam memberikan laporan yang mencerminkan realitas di lapangan, meskipun dengan risiko kehilangan nyawa mereka.

Kematian jurnalis ini bukan hanya merupakan kehilangan bagi keluarga dan rekan-rekan mereka, tetapi juga sebuah pengingat tragis tentang pentingnya kebebasan pers dan perlindungan bagi mereka yang bekerja untuk memberikan informasi kepada dunia.

Di antara ratusan jurnalis yg telah wafat, terdapat beberapa nama yang mencuri perhatian karena peran dan keberanian mereka.

🎥 Hossam Shabat (23) – Jurnalis Al Jazeera Mubasher

Hossam Shabat  tewas di dalam kendaraannya akibat serangan drone saat sedang menjalankan tugas peliputan di dekat Rumah Sakit Indonesia, Gaza Utara, pada 24 Maret 2025. Militer Israel mengklaim bahwa Hossam adalah penembak jitu Hamas namun tidak memberikan bukti konkret. Al Jazeera dan Committee to Protect Journalists (CPJ) menolak tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai bagian dari kampanye propaganda. Selama perang, Shabat dikenal dengan pelaporan langsung dan wawancara mendalam di tengah tragedi. Ia mendokumentasikan momen-momen duka di rumah sakit, kamp pengungsian, dan reruntuhan, menemani orang tua yang kehilangan dan ibu-ibu yang meratap. Pada Maret 2024, ia juga mengunjungi rumah sakit di Gaza utara dan menemukan Fadi al-Zant, seorang anak yang kemudian dievakuasi ke AS setelah video kondisi fisiknya viral.

Referensi :

https://www.washingtonpost.com/world/2025/03/25/gaza-journalist-hossam-shabat-killed-israel-strike

https://www.unesco.org/en/articles/unesco-director-general-condemns-killing-journalist-hossam-shabat-palestine

Tinggalkan Balasan